(Managementfile - HR) - Karyawan, terutama mereka yang sudah berpengalaman merupakan salah satu asset utama dari perusahaan, karena kontribusi mereka yang begitu besar. Skill dan knowledge dari karyawan ini unik, dan tidak dimiliki oleh semua orang. Sehingga, kehilangan karyawan ini merupakan kerugian yang besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengembangkan serangkaian strategi dalam mempertahankan karyawan mereka.
Sebuah studi `Wisdom at Work` mengungkapkan studi mendalam mengenai enam kasus yang membedah strategi yang digunakan oleh organisasi kesehatan maupun non-kesehatan yang telah diakui sukses dalam mempertahankan karyawan yang berpengalaman. Dari studi ini ditemukan banyak inisiatif-inisiatif yang dapat diimplementasikan organisasi demi menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.
Berdasarkan studi `Wisdom at Work`, serangkaian inisiatif yang sukses dalam mempertahankan karyawan berpengalaman diantaranya adalah:
• Opsi jadwal fleksibel di L.L. Bean, dimana karyawan senior bisa bekerja secara part-time atau musiman, serta bertukar shift dengan rekan sekerjanya
• Coaching & Mentoring Program mentoring di Bon Secours Richmond Health System, Virginia, dimana perawat yang sudah berpengalaman dapat memberikan mentoring klinis maupun kepemimpinan kepada perawat baru. Sehingga ini menghasilkan tingkat turnover yang rendah diantara perawat yang sudah berpengalaman.
• Empowerment: Pembentukan `Leadership Cabinet` di Scripps Health, San Diego, dimana pemimpin perawat dapat memberikan nasihat kepada administrator dalam keputusan-keputusan penting, dan ia juga bertindak sebagai media yang menyuarakan suara karyawan.
Mempertahankan karyawan menjadi suatu langkah yang sangat penting, terutama di tengah krisis, karena perusahaan harus mencari solusi dan strategi yang tepat, dan ini hanya dapat dilakukan dengan kehadiran karyawan yang berkualitas. Berikut ini adalah komponen penting lainnya dalam strategi mempertahankan karyawan, terutama di masa krisis:
Komunikasi dan Transparansi
Selain serangkaian inisiatif tersebut, hal yang paling penting adalah memperlancar komunikasi dan memberikan informasi yang transparan kepada karyawan. Ini sangat diperlukan, demi mengembalikan fokus kepada tujuan yang ingin dicapai.
Misalnya, saat ini sedang marak terjadi PHK dalam perusahaan. Kondisi seperti ini tentunya mengakibatkan perasaan insecure pada karyawan. Oleh karena itu, dalam melakukan PHK perusahaan harus menjelaskan keputusannya dengan gamblang, supaya karyawan dapat mengerti bahwa tindakan yang diambil adalah yang terbaik. Lakukan diskusi dan tanya jawab, supaya aspirasi dan keluhan karyawan dapat terjawab.
Melibatkan Karyawan dalam Keputusan
Salah satu bentuk empowerment karyawan yang dapat meningkatkan level engagement adalah melibatkan karyawan dalam keputusan.Misalnya, seperti yang dilakukan Best Buy, yang caranya adalah dengan melakukan survei online terhadap karyawan untuk mengumpulkan ide-ide dalam menekan biaya. Sejak survei tersebut dijalankan, sudah ada lebih dari 900 ide yang berjalan. Hal ini ditujukan supaya dapat mengubah mindset karyawan, dimana mereka akan merasa dapat menciptakan perbedaan, dan menjadi bagian dari solusi.
Pemimpin yang Berempati
Seringkali perusahaan melakukan PHK besar-besaran, namun eksekutifnya masih menikmati fasilitas-fasilitas mewah, dan tidak terkena dampak buruk krisis sama sekali. Hal ini menunjukkan sikap tidak adanya empati pemimpin terhadap karyawannya. Ini cenderung menimbulkan antipati dari anak buah kepada pemimpinnya.
Sebaliknya, pemimpin yang punya empati besar, tentunya dapat mengikat komitmen karyawan dengan lebih baik. Misalnya, di Jetblue Airways, CEO David Barger tidak hanya memangkas karyawan, melainkan juga menurunkan gajinya dari $500,000 menjadi $300,000 setahun. Tindakan ini menunjukkan bahwa pemimpin turut berempati terhadap kondisi buruk yang menimpa perusahaannya, dan ia juga memperoleh dampak buruk karenanya.
Sebuah studi `Wisdom at Work` mengungkapkan studi mendalam mengenai enam kasus yang membedah strategi yang digunakan oleh organisasi kesehatan maupun non-kesehatan yang telah diakui sukses dalam mempertahankan karyawan yang berpengalaman. Dari studi ini ditemukan banyak inisiatif-inisiatif yang dapat diimplementasikan organisasi demi menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.
Berdasarkan studi `Wisdom at Work`, serangkaian inisiatif yang sukses dalam mempertahankan karyawan berpengalaman diantaranya adalah:
• Opsi jadwal fleksibel di L.L. Bean, dimana karyawan senior bisa bekerja secara part-time atau musiman, serta bertukar shift dengan rekan sekerjanya
• Coaching & Mentoring Program mentoring di Bon Secours Richmond Health System, Virginia, dimana perawat yang sudah berpengalaman dapat memberikan mentoring klinis maupun kepemimpinan kepada perawat baru. Sehingga ini menghasilkan tingkat turnover yang rendah diantara perawat yang sudah berpengalaman.
• Empowerment: Pembentukan `Leadership Cabinet` di Scripps Health, San Diego, dimana pemimpin perawat dapat memberikan nasihat kepada administrator dalam keputusan-keputusan penting, dan ia juga bertindak sebagai media yang menyuarakan suara karyawan.
Mempertahankan karyawan menjadi suatu langkah yang sangat penting, terutama di tengah krisis, karena perusahaan harus mencari solusi dan strategi yang tepat, dan ini hanya dapat dilakukan dengan kehadiran karyawan yang berkualitas. Berikut ini adalah komponen penting lainnya dalam strategi mempertahankan karyawan, terutama di masa krisis:
Komunikasi dan Transparansi
Selain serangkaian inisiatif tersebut, hal yang paling penting adalah memperlancar komunikasi dan memberikan informasi yang transparan kepada karyawan. Ini sangat diperlukan, demi mengembalikan fokus kepada tujuan yang ingin dicapai.
Misalnya, saat ini sedang marak terjadi PHK dalam perusahaan. Kondisi seperti ini tentunya mengakibatkan perasaan insecure pada karyawan. Oleh karena itu, dalam melakukan PHK perusahaan harus menjelaskan keputusannya dengan gamblang, supaya karyawan dapat mengerti bahwa tindakan yang diambil adalah yang terbaik. Lakukan diskusi dan tanya jawab, supaya aspirasi dan keluhan karyawan dapat terjawab.
Melibatkan Karyawan dalam Keputusan
Salah satu bentuk empowerment karyawan yang dapat meningkatkan level engagement adalah melibatkan karyawan dalam keputusan.Misalnya, seperti yang dilakukan Best Buy, yang caranya adalah dengan melakukan survei online terhadap karyawan untuk mengumpulkan ide-ide dalam menekan biaya. Sejak survei tersebut dijalankan, sudah ada lebih dari 900 ide yang berjalan. Hal ini ditujukan supaya dapat mengubah mindset karyawan, dimana mereka akan merasa dapat menciptakan perbedaan, dan menjadi bagian dari solusi.
Pemimpin yang Berempati
Seringkali perusahaan melakukan PHK besar-besaran, namun eksekutifnya masih menikmati fasilitas-fasilitas mewah, dan tidak terkena dampak buruk krisis sama sekali. Hal ini menunjukkan sikap tidak adanya empati pemimpin terhadap karyawannya. Ini cenderung menimbulkan antipati dari anak buah kepada pemimpinnya.
Sebaliknya, pemimpin yang punya empati besar, tentunya dapat mengikat komitmen karyawan dengan lebih baik. Misalnya, di Jetblue Airways, CEO David Barger tidak hanya memangkas karyawan, melainkan juga menurunkan gajinya dari $500,000 menjadi $300,000 setahun. Tindakan ini menunjukkan bahwa pemimpin turut berempati terhadap kondisi buruk yang menimpa perusahaannya, dan ia juga memperoleh dampak buruk karenanya.
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk comment tapi jangan SPAM ya..