Persepsi masyarakat pada saat ini mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk yang berkualitas membutuhkan biaya yang tinggi. Apakah hal ini dapat diterima? Hal ini bisa dipahami karena adanya beberapa penelitian dari pihak produsen yang menyatakan bahwa biaya berbanding lurus dengan kualitas produk berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan. Persepsi demikian harus dibenahi karena bakalan akan menjadi tumpuan permainan harga. Tetapi kembali kepada pengertian basic concept mengenai bisnis bahwa bisnis selalu berupaya untuk mencapai kondisi seefisien mungkin. Sehingga seperti peribahasa tidak ada rotan akar pun jadi yang digunakan yang kita modifikasi menjadi jika dengan akar mampu menghasilkan kursi berkualitas sama, mengapa mesti menggunakan rotan?
Istilah produk mencakup didalamnya barang dan jasa. Hal tersebut berdampak kepada biaya yang terkandung di dalam produk tidak sekedar biaya produksi melainkan total biaya produk sampai ditangan konsumen untuk dikonsumsi. Ini berarti, efisiensi mesti berlangsung pada proses dari awal proses sampai dengan akhir proses.
Hal ini merupakan salah satu keunggulan efisiensi dimana keunggulan efisiensi demikian tidak lain merupakan suatu komitmen bisnis yang menganut paham manajemen kualitas total. Di setiap lini proses harus diperhatikan dan dievaluasi kualitasnya serta dilakukan perbaikan apabila memerlukan perbaikan. Pokoknya secara total dan menyeluruh. Kualitas diperoleh dengan cara memandang: produktivitas dicapai melalui perbaikan kualitas, kualitas adalah sesuai dengan ketentuan kepuasan konsumen, pengukuran kualitas bersumber dari proses perbaikan terus menerus, kualitas ditentukan oleh desain produk dan pengawasan yang efektif, pengendalian proses dilakukan untuk menghindari produk cacat, kualitas sebagai bagian setiap fungsi daur hidup produk, manajemen bertanggung jawab terhadap kualitas, dan hubungan dengan pemasok bersifat jangka panjang berorientasi kualitas.
Memperbaiki seluruh proses sampainya produk ke tangan konsumen akan meningkatkan homogenitas produk, dan mengurangi pemborosan. Seringkali pemborosan terjadi karena adanya proses perbaikan kualitas produk. Artinya dengan cara memperbaiki proses akan meningkatkan produktivitas, efisiensi dan posisi bersaing, serta menambah kepuasan. Bagi bisnis produk yang berkualitas tidak selamanya mesti disertai biaya besar. Biaya yang kecil atau dengan kata lain kemampuan efisiensi dalam keberadaannya menjadi satu senjata perang harga. Meskipun bisnis mengambil keputusan untuk tidak ikut serta perang harga, secara jelas kemampuan efisiensi tetap memberikan profitabilitas berdasarkan kerenggangan jarak antara biaya dengan harga produk termasuk konsistensi dengan kualitas. Dengan demikian, hubungan antara kualitas dengan biaya dimungkinkan berbanding terbalik.
Apabila perbaikan kualitas secara total tidak dilakukan secara kontinyu, maka akan mengakibatkan hasil (output) produk yang kurang yang pada akhirnya menambah biaya-biaya yang terjadi setelah proses produksi.Jadi bisa disimpulkan bahwa produk yang berkualitas bisa dikatakan juga berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan apabila perbaikan kualitas secara terus menerus tidak dilaksanakan di dalam sistem produksinya. Sehingga banyak terjadi produk yang cacat atau tidak sesuai dengan standard kualitas yang diinginkan. Akibatnya adalah timbul biaya-biaya yang lain misalnya: biaya perbaikan, biaya repeat production. Dengan adanya tambahan biaya tersebut tentunya akan meningkatkan total biaya produk secara keseluruhan.
Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa yang harus diubah pertama kali sebelum melakukan proses perencanaan produksi adalah persepsi mengenai Kualitas vs biaya. Dimana kualitas produk berbanding terbalik dengan biaya. Yang pelaksanaannya menggunakan pendekatan total quality management. (Chef Krendo)
Istilah produk mencakup didalamnya barang dan jasa. Hal tersebut berdampak kepada biaya yang terkandung di dalam produk tidak sekedar biaya produksi melainkan total biaya produk sampai ditangan konsumen untuk dikonsumsi. Ini berarti, efisiensi mesti berlangsung pada proses dari awal proses sampai dengan akhir proses.
Hal ini merupakan salah satu keunggulan efisiensi dimana keunggulan efisiensi demikian tidak lain merupakan suatu komitmen bisnis yang menganut paham manajemen kualitas total. Di setiap lini proses harus diperhatikan dan dievaluasi kualitasnya serta dilakukan perbaikan apabila memerlukan perbaikan. Pokoknya secara total dan menyeluruh. Kualitas diperoleh dengan cara memandang: produktivitas dicapai melalui perbaikan kualitas, kualitas adalah sesuai dengan ketentuan kepuasan konsumen, pengukuran kualitas bersumber dari proses perbaikan terus menerus, kualitas ditentukan oleh desain produk dan pengawasan yang efektif, pengendalian proses dilakukan untuk menghindari produk cacat, kualitas sebagai bagian setiap fungsi daur hidup produk, manajemen bertanggung jawab terhadap kualitas, dan hubungan dengan pemasok bersifat jangka panjang berorientasi kualitas.
Memperbaiki seluruh proses sampainya produk ke tangan konsumen akan meningkatkan homogenitas produk, dan mengurangi pemborosan. Seringkali pemborosan terjadi karena adanya proses perbaikan kualitas produk. Artinya dengan cara memperbaiki proses akan meningkatkan produktivitas, efisiensi dan posisi bersaing, serta menambah kepuasan. Bagi bisnis produk yang berkualitas tidak selamanya mesti disertai biaya besar. Biaya yang kecil atau dengan kata lain kemampuan efisiensi dalam keberadaannya menjadi satu senjata perang harga. Meskipun bisnis mengambil keputusan untuk tidak ikut serta perang harga, secara jelas kemampuan efisiensi tetap memberikan profitabilitas berdasarkan kerenggangan jarak antara biaya dengan harga produk termasuk konsistensi dengan kualitas. Dengan demikian, hubungan antara kualitas dengan biaya dimungkinkan berbanding terbalik.
Apabila perbaikan kualitas secara total tidak dilakukan secara kontinyu, maka akan mengakibatkan hasil (output) produk yang kurang yang pada akhirnya menambah biaya-biaya yang terjadi setelah proses produksi.Jadi bisa disimpulkan bahwa produk yang berkualitas bisa dikatakan juga berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan apabila perbaikan kualitas secara terus menerus tidak dilaksanakan di dalam sistem produksinya. Sehingga banyak terjadi produk yang cacat atau tidak sesuai dengan standard kualitas yang diinginkan. Akibatnya adalah timbul biaya-biaya yang lain misalnya: biaya perbaikan, biaya repeat production. Dengan adanya tambahan biaya tersebut tentunya akan meningkatkan total biaya produk secara keseluruhan.
Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa yang harus diubah pertama kali sebelum melakukan proses perencanaan produksi adalah persepsi mengenai Kualitas vs biaya. Dimana kualitas produk berbanding terbalik dengan biaya. Yang pelaksanaannya menggunakan pendekatan total quality management. (Chef Krendo)
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk comment tapi jangan SPAM ya..