6. Lakukan Proyeksi Secara Akurat
(Management - Finance) - Dalam proses capital budgeting, penentuan asumsi menjadi salah satu aspek yang paling critical. Hal ini karena asumsi menentukan discount rate yang digunakan dalam proyek. Jika asumsi tidak tepat, maka reliabilitas dari analisa tersebut juga dipertanyakan.

Misalnya, proyek yang ingin Anda analisa usianya 10 tahun. Salah satu komponen dalam discount rate adalah risk-free rate,sehingga Anda bisa menggunakan tingkat suku bunga Surat Utang Negara (SUN). Namun, supaya analisa Anda relevan, maka gunakan suku bunga SUN dengan tenor yang sesuai, minimal 10 tahun. Jika seandainya Anda menggunakan SUN tenor 5 tahun misalnya, tentunya asumsi yang digunakan tidak relevan, karena jangka waktunya tidak sesuai. Oleh karena itu, Anda bisa memilih SUN dengan tenor 10 tahun supaya lebih sesuai. Jika Anda menggunakan SUN tenor 5 tahun, maka analisa Anda berpotensi overvalued.

7. Perhitungkan Penggunaan Working Capital
Seringkali dalam perhitungan, working capital tidak disertakan dalam analisa. Padahal, setiap proyek baru pasti menyertakan working capital tambahan. Working capital tetap dihitung sebagai cash flow meskipun working capital tersebut tidak kemana-mana. Perubahan yang terjadi pada awal proyek masuk kedalam perhitungan initial outlay, namun ketika terjadi penambahan kebutuhan working capital atau working capital kemudian tidak dibutuhkan lagi (proyek selesai) maka terhitung sebagai cash outflow atau cash inflow dalam periode tersebut.

Misalnya, mengapa penambahan persediaan dihitung sebagai cash outflow, padahal persediaan tersebut masih ada di gudang? Hal ini disebabkan karena perusahaan belum bisa memperoleh nilai kas dari persediaan tersebut, sehingga uang tersebut tidak dapat digunakan untuk investasi lainnya. Kemudian, pada akhir proyek, mengapa diasumsikan bahwa terdapat recapture dari net working capital? Intinya begini, ketika sebuah proyek mulai, maka Anda membutuhkan working capital, namun ketika proyek selesai, working capital tersebut kembali bebas, dan Anda dapt menjualnya, sehingga dihitung kembali sebagai cash inflow di akhir periode.

8. Perlakuan Terhadap Overhead Costs
Sesuai dengan prinsip dari capital budgeting, yakni memperhitungkan incremental, maka perlu dipastikan bahwa cash flow yang terukur memang benar-benar incremental. Seringkali, dalam beberapa kasus, beberapa beban overhead pasti akan terjadi meskipun proyek tersebut diterima ataupun ditolak. Oleh karena itu, pastikan bahwa cash flow yang masuk dalam perhitungan capital budgeting adalah cash flow incremental yang relevan.

Misalnya, ketika sebuah proyek diterima, tentunya terdapat incremental expense berupa salary, seiring dengan bertambahnya karyawan yang dipekerjakan di proyek. Ini merupakan incremental cash flow yang relevan. Berbeda dengan biaya sewa, misalnya, yang meskipun proyek tersebut ditolak pun, bakal tetap terjadi, sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai incremental cash flow dan tidak masuk perhitungan.

9. Lihat Big Picture
Ketika melakukan evaluasi capital budgeting, terutama terkait dengan produk baru, Anda perlu untuk melihat secara big picture, atau keseluruhan. Misalnya, ketika Anda ingin meluncurkan produk baru, tentunya Anda ingin melihat bagaimana incremental cash flow yang dihasilkan oleh produk tersebut. Hanya saja, yang perlu diwaspadai adalah meskipun peluncuran produk tersebut bisa membuat perusahaan merebut pangsa pasar dari competitor, namun juga berpotensi untuk mengkanibalisasi penjualan dari produk perusahaan sendiri.

Oleh karena itu, perhitungan capital budgeting juga harus memasukkan aspek-aspek tersebut. Jadi, intinya lihat secara big picture, evaluasi bagaimana jika produk tersebut ada maupun tidak ada.

10. Risk Management
Satu hal yang tidak boleh terlupakan dalam capital budgeting adalah risk management, karena ketidakpastian pasti selalu hadir. Jika kita menentukan asumsi sekian, tentunya ini bukan jaminan bahwa kondisi tersebut mutlak terjadi. Oleh karena itu, disini pentingnya dilakukan sensitivity analysis.

Sensitivity analysis mencakup berbagai skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Misalnya, terjadi inflasi atau kejadian buruk yang mengakibatkan discount rate meningkat, atau ternyata penjualan tidak sebaik yang diperkirakan. Sehingga, manajemen risiko memungkinkan kita untuk turut mengevaluasi risiko-risiko yang berpotensi akan terjadi di masa depan.

Demikian adalah sepuluh aspek penting yang perlu dilakukan dalam melakukan analisa capital budgeting. Tanpa adanya sepuluh aspek tersebut, tentunya analisa capital budgeting tidak akan akurat dan bisa diandalkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Yuk comment tapi jangan SPAM ya..