Merasa tersaingi oleh bawahan merupakan hal yang terkadang kita temui dalam sebuah unit kerja atau organisasi. Sebenarnya hal tersebut tidak lazim atau tidak sepantasnya terjadi. Seorang atasan atau pemimpin seharusnya menjadi sosok yang diharapkan mampu mengembangkan kemampuan tim nya, seorang yang punya kebesaran hati untuk memberikan sebagian waktunya untuk mengajar, melatih, memberikan motivasi untuk kemajuan anggota timnya.


Salah seorang sahabat saya berkeluh kesah karena merasa karier nya dihambat oleh atasannya sendiri yang merasa iri dan takut tersaingi. Sahabat saya ini memang seorang yang pintar, memiliki banyak ide kreatif, dan pandai menampilkan citra diri yang baik di hadapan para bos. Kalau kita berpikir jernih, sebagai seorang pemimpin atau supervisor, seharusnya hal itu membanggakan bagi atasannya bukan? Namun yang terjadi malah sebaliknya, sang atasan merasa tersaingi dan merasa iri. Biasanya jika kondisi seperti itu terjadi, maka mulailah terbentuk suasana kerja yang tidak sehat karena sang pemimpin seringkali merasa curiga, negative dan berlaku ‘tidak fair’. Sementara reaksi bawahan bisa malah makin menantang atau sebaliknya menjadi ‘patah’ dan memilih meninggalkan perusahaan dan pindah ke tempat lain.

Melalui tulisan ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang atasan, agar perasaan ‘tersaingi’ tidak menyerang Anda :
1. Jadikan hal tersebut sebagai sebuah tantangan yang wajar. Dalam kondisi tingkat persaingan yang tinggi saat ini, setiap perusahaan yang menerapkan sistem kompetensi penuh akan memilih pegawai berdasarkan kompetensi dan bukan berdasarkan senioritas. Wajah baru, dengan tingkat pendidikan yang baik, pancaran energi yang fresh, antusias, energik dan mau bekerja keras tanpa mengeluh. Hal itu membuat mereka dikenal baik dan positif di lingkungan kerja. Sementara jika Anda adalah seorang atasan yang lebih ‘senior’, mungkin terkadang ada sedikit perasaan jenuh dan kreatifitas pun mulai berkurang, ide-ide mulai buntu. Namun jangan sampai seorang atasan menganggap anggota timnya sendiri sebagai saingan, karena akan membuat kesan yang semakin buruk dimata bos anda. Sebaliknya, jadikan itu sebagai tantangan yang memotivasi anda agar tetap aktif, semakin kreatif dan berinisiatif. Karena tanpa disadari energi positif yang dibawa oleh anggota tim anda akan mudah menular jika kita mau menerima mereka dengan sepenuh hati.

2. Sebagai seorang supervisor, anda juga harus mampu melihat kelebihan yang anda miliki, misalnya dalam hal leadership, management, net working, kebijaksanaan, kemampuan memberikan solusi, emosi yang lebih stabil, dll. Jadi tidak usah gusar melihat kelebihan anggota tim Anda. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan. Jangan menjadikan hal tersebut sebagai pertentangan. Justru mereka adalah asset yang anda miliki untuk mencapai target bisnis anda.

3. Bersikap tulus dan adil. Untuk memimpin tim kerja dibutuhkan kecakapan atau skill. Namun, tak cuma itu, sebagai atasan, Anda juga harus bisa bersikap tulus dan adil. Tulus membagi pekerjaan, tulus memimpin, juga adil dalam memaksimalkan keunggulan setiap karyawan yang tergabung dalam tim. Anda justru harus selalu siap membantu bawahan menemukan peluang untuk memperbaiki kekurangan mereka

4. Mau terus belajar. Meskipun posisi Anda sudah berada pada level manajemen, bukan berarti Anda lebih pintar, lebih berpengalaman, atau lebih jago ketimbang karyawan lain !! Meski sudah menjadi bos, Anda harus tetap mau belajar. Jangan pernah malu bertanya, meski kepada bawahan, jika ada sesuatu yang Anda belum pahami atau kuasai. Menggali ilmu itu tidak kenal umur dan posisi jabatan. Diakui atau tidak, cara ini akan membuat Anda dianggap telah ikut berkontribusi dalam kemajuan bawahan. Rentang jarak antara Anda dan bawahan tak perlu dijadikan batu penghalang untuk sama-sama maju. Menjadi pintar bersama tentu akan lebih menyenangkan, ketimbang pintar sendirian.

5. Seorang pemimpin atau atasan juga harus bisa mengatur dan mengendalikan emosi. Jangan mudah terpancing dan meledak-ledak. Mulailah belajar mengontrol amarah terhadap kinerja tim. Jangan pernah memarahi, memaki, dan menegur bawahan di depan umum. Cara ini secara tak langsung akan memengaruhi mental mereka. Kita harus membangun mental kerja yang positif. Kalaupun ada kesalahan, sebaiknya dilakukan ’coaching’ empat mata di tempat yang tertutup. Yang terpenting adalah mereka bisa memperbaiki diri.

6. Sebagai seorang atasan, anda harus menunjukkan wibawa, namun bukan berarti Anda tidak mau bergaul dengan bawahan anda sendiri. Tak sedikit atasan yang merasa gengsi bergabung dengan bawahannya atau memilih karyawan yang itu-itu saja untuk diajak berdiskusi atau makan siang bersama. Jika Anda bersahabat dengan semua karyawan di setiap level, maka Anda akan memiliki pengaruh yang positif dan Anda juga akan mendapatkan banyak wawasan dari persahabatan Anda dengan mereka. Jadi, tidak usah takut tersaingi, kita justru merangkul mereka.

7. Jangan pernah bekerja sendirian atau one man show. Kita gunakan semua kemampuan tim agar bersinergi untuk mencapai keberhasilan. Ingat, keberhasilan dan kesuksesan mereka merupakan kemenangan Anda. Apa jadinya bila Anda memiliki bawahan yang tidak cakap dan tidak berkembang? Anda sendiri yang akan repot bukan? Rayakan keberhasilan tim sebagai kemenangan Anda !!

1 komentar:

Yeremia mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

Yuk comment tapi jangan SPAM ya..