(Managementfile - HR) - Secara periodik, perusahaan melakukan evaluasi kinerja kepada tiap karyawannya. Masalahnya, seringkali terdapat perbedaan antara rating antara manajer dan karyawan. Salah satu faktor yang mengakibatkannya adalah ketidakselarasan ekspektasi antara manajer dan karyawan.
Metode penilaian kinerja yang digunakan perusahaan bermacam-macam jenisnya, mulai dari self-assessment, penilaian dari atasan, peer review hingga 360° feedback hingga gabungan dari beberapa metode sekaligus.
Sebuah studi dari perusahaan talent development internasional Novations Group menemukan bahwa terdapat perbedaan antara rating dari manajer dan rating dari karyawan itu sendiri. Padahal, rating ini krusial dalam menentukan program pengembangan karyawan, assignment, pengembangan kepemimpinan, promosi, dan lainnya. Oleh karena itu, perlu ditelusuri sebab musababnya perbedaan ini, dan ditangani dengan baik.
Riset Novations mengukur kontribusi dan perkembangan karyawan, dengan cara meminta evaluasi dari manajer mengenai karyawan, serta self-assesment dari karyawan sendiri. Survei ini bersifat behavioral serta competency-based. Hasilnya, manajer menilai karyawannya sekitar separuh lebih rendah, dibandingkan dengan karyawan menilai diri mereka sendiri.
Terdapat beberapa faktor yang kemungkinan besar mengakibatkan perbedaan rating dalam riset ini:
• self-rater bias, yakni kecenderungan orang untuk menilai dirinya sendiri secara positif, mengakibatkan rating yang berlebihan. Selain itu, orang juga mungkin secara tidak sengaja menilai tinggi, karena mereka merasa punya kontribusi yang tinggi.
• manager bias, yakni kemungkinan bahwa manajer tidak sadar terhadap besar kontribusi bawahannya terhadap organisasi. Atau bisa jadi manajer sengaja menilai bawahannya lebih rendah, supaya kompensasi tidak perlu naik dan anggaran tetap terjaga.
Faktor lainnya, namun lebih jarang terjadi mungkin terkait dengan gender, usia, hingga etnis. Hanya saja, terdapat satu faktor menjadi penyebab terjadinya selisih rating, yakni ketidakselarasan ekspektasi antara manajer dengan ekspektasi yang dipikirkan karyawan. Sehingga, ketika hasilnya berbeda, maka manajer tidak puas dan cenderung menilai lebih rendah.
Manajer punya ekspektasi A, mengkomunikasikannya kepada bawahan, namun bawahan mencernanya sebagai ekspektasi B. Sehingga, kemudian bawahan menjalankan B, membawa hasil, namun ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi A milik atasan. Akibatnya atasan menilai bahwa bawahannya tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ekspektasi, sehingga ratingnya lebih rendah. Bawahan sendiri merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya sudah sempurna. Inti permasalahan terdapat pada ketidakselarasan ekspektasi.
Lalu bagaimana mengatasi masalah ketidakselarasan ekspektasi ini? Ketidakselarasan ekspektasi ini masalah klasik yang seringkali dialami oleh banyak manajer dan bawahan. Sebenarnya solusinya terdapat pada komunikasi.
Klarifikasi Ekspektasi
Untuk memastikan bahwa ekspektasi selaras, maka manajer harus menyampaikan ekspektasinya secara terus menerus dan konsisten. Karyawan juga harus mengklarifikasi ekspektasi yang diterimanya kepada manajer. Hal ini demi menghindari adanya salah paham dalam komunikasi. Misalnya dengan menetapkan dan menuliskan secara detail tujuan-tujuan yang ingin dicapai setiap individu. Sehingga, dengan tujuan-tujuan tersebut dapat mengakomodasi ekspektasi yang diinginkan atasan.
Ekspektasi-ekspektasi ini terdiri dari pencapaian-pencapaian apa saja yang ingin diperoleh dalam suatu pekerjaan, serta hingga sejauh mana target pengembangan masing-masing individu.
Laporkan Progress Hasil
Untuk menjamin keselarasan ekspektasi, maka karyawan sebaiknya melaporkan kemajuan yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Dengan demikian, maka manajer memahami hingga seberapa jauh ekspektasinya tercapai. Kemudian sampaikan dengan gambling mengenai hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pekerjaan tersebut.
Seandainya terdapat penyimpangan, maka bisa langsung dikoreksi. Laporan progress ini juga bisa jadi salah satu momen dalam mengklarifikasi ekspektasi kembali. Karena mungkin saja seiring berjalannya waktu, banyak kondisi berubah, sehingga mengubah ekspektasi pula.
Motivasi + Feedback/b>
Ketika karyawan memberikan laporan kemajuan dari pencapaian, maka manajer akan memperoleh gambaran mengenai pencapaian ekspektasinya. Selanjutnya, untuk menyelaraskan ekspektasi tersebut, maka manajer dapat menyuntikkan motivasi kepada karyawan untuk mengejar tujuan tersebut, sekaligus memberikan penekanan lebih lanjut. Manajer juga dapat menyampaikan feedback-feedback yang dibutuhkan demi meningkatkan kinerja karyawan supaya mencapai ekspektasi yang diinginkan.
Metode penilaian kinerja yang digunakan perusahaan bermacam-macam jenisnya, mulai dari self-assessment, penilaian dari atasan, peer review hingga 360° feedback hingga gabungan dari beberapa metode sekaligus.
Sebuah studi dari perusahaan talent development internasional Novations Group menemukan bahwa terdapat perbedaan antara rating dari manajer dan rating dari karyawan itu sendiri. Padahal, rating ini krusial dalam menentukan program pengembangan karyawan, assignment, pengembangan kepemimpinan, promosi, dan lainnya. Oleh karena itu, perlu ditelusuri sebab musababnya perbedaan ini, dan ditangani dengan baik.
Riset Novations mengukur kontribusi dan perkembangan karyawan, dengan cara meminta evaluasi dari manajer mengenai karyawan, serta self-assesment dari karyawan sendiri. Survei ini bersifat behavioral serta competency-based. Hasilnya, manajer menilai karyawannya sekitar separuh lebih rendah, dibandingkan dengan karyawan menilai diri mereka sendiri.
Terdapat beberapa faktor yang kemungkinan besar mengakibatkan perbedaan rating dalam riset ini:
• self-rater bias, yakni kecenderungan orang untuk menilai dirinya sendiri secara positif, mengakibatkan rating yang berlebihan. Selain itu, orang juga mungkin secara tidak sengaja menilai tinggi, karena mereka merasa punya kontribusi yang tinggi.
• manager bias, yakni kemungkinan bahwa manajer tidak sadar terhadap besar kontribusi bawahannya terhadap organisasi. Atau bisa jadi manajer sengaja menilai bawahannya lebih rendah, supaya kompensasi tidak perlu naik dan anggaran tetap terjaga.
Faktor lainnya, namun lebih jarang terjadi mungkin terkait dengan gender, usia, hingga etnis. Hanya saja, terdapat satu faktor menjadi penyebab terjadinya selisih rating, yakni ketidakselarasan ekspektasi antara manajer dengan ekspektasi yang dipikirkan karyawan. Sehingga, ketika hasilnya berbeda, maka manajer tidak puas dan cenderung menilai lebih rendah.
Manajer punya ekspektasi A, mengkomunikasikannya kepada bawahan, namun bawahan mencernanya sebagai ekspektasi B. Sehingga, kemudian bawahan menjalankan B, membawa hasil, namun ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi A milik atasan. Akibatnya atasan menilai bahwa bawahannya tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ekspektasi, sehingga ratingnya lebih rendah. Bawahan sendiri merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya sudah sempurna. Inti permasalahan terdapat pada ketidakselarasan ekspektasi.
Lalu bagaimana mengatasi masalah ketidakselarasan ekspektasi ini? Ketidakselarasan ekspektasi ini masalah klasik yang seringkali dialami oleh banyak manajer dan bawahan. Sebenarnya solusinya terdapat pada komunikasi.
Klarifikasi Ekspektasi
Untuk memastikan bahwa ekspektasi selaras, maka manajer harus menyampaikan ekspektasinya secara terus menerus dan konsisten. Karyawan juga harus mengklarifikasi ekspektasi yang diterimanya kepada manajer. Hal ini demi menghindari adanya salah paham dalam komunikasi. Misalnya dengan menetapkan dan menuliskan secara detail tujuan-tujuan yang ingin dicapai setiap individu. Sehingga, dengan tujuan-tujuan tersebut dapat mengakomodasi ekspektasi yang diinginkan atasan.
Ekspektasi-ekspektasi ini terdiri dari pencapaian-pencapaian apa saja yang ingin diperoleh dalam suatu pekerjaan, serta hingga sejauh mana target pengembangan masing-masing individu.
Laporkan Progress Hasil
Untuk menjamin keselarasan ekspektasi, maka karyawan sebaiknya melaporkan kemajuan yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Dengan demikian, maka manajer memahami hingga seberapa jauh ekspektasinya tercapai. Kemudian sampaikan dengan gambling mengenai hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pekerjaan tersebut.
Seandainya terdapat penyimpangan, maka bisa langsung dikoreksi. Laporan progress ini juga bisa jadi salah satu momen dalam mengklarifikasi ekspektasi kembali. Karena mungkin saja seiring berjalannya waktu, banyak kondisi berubah, sehingga mengubah ekspektasi pula.
Motivasi + Feedback/b>
Ketika karyawan memberikan laporan kemajuan dari pencapaian, maka manajer akan memperoleh gambaran mengenai pencapaian ekspektasinya. Selanjutnya, untuk menyelaraskan ekspektasi tersebut, maka manajer dapat menyuntikkan motivasi kepada karyawan untuk mengejar tujuan tersebut, sekaligus memberikan penekanan lebih lanjut. Manajer juga dapat menyampaikan feedback-feedback yang dibutuhkan demi meningkatkan kinerja karyawan supaya mencapai ekspektasi yang diinginkan.
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk comment tapi jangan SPAM ya..